Subscribe:

Kamis, 05 Juli 2012

Jika Nanti Aku Punya...

Beberapa hari yang lalu...aku, Dita, dan Dian diundang oleh teman SMAku untuk rujakan di rumahnya. sebelumnya dia datang ke kosanku untuk mengundang kami semua (anak madura di kosanku) untuk rujakan, saking niatnya dia sampe beli buah-buahan dari kota Bogor. temenku ini emang kalau udah niat, dia bakal bener-bener tu melaksanakan keinginannya-salut-. nama temenku ini Deden, sebenernya dia orang Madura tapi ga tau kenapa namanya kayak orang Sunda ya :D. nah,,,pas dia dateng ke rumahku, ternyata teman-teman di kosan pada ga ada, cuma aku sendiri. Deden terlihat agak kecewa karena dia sudah bersusah payah beli buah-buahan ke kota, eh,,,yang mau di undang malah ga ada. aku, sebagai teman yang baik -he- memberikan solusi

"ya udah Den, ntar aku aja yang ngasih tau mereka...besok kalo emang ga ada agenda, kami ke rumahmu deh..."

"bener ya Dil...ajak yang lainnya juga ya...yang banyak ga papa,,,ni aku lagi ngidam  pengen banget rujakan, buahnya udah aku beli ni, mangga, nanas, dan timun"

"terus,,,besok kami bawa apa???"

"bawa diri aja"

Rabu, 04 Juli 2012

Gap yang Semakin Melebar

"kami tidak butuh orang yang wah,,,karena biasanya mereka lebih ribet dengan pikiran mereka sendiri, lebih baik orang yang simple, santai, dan bersungguh-sungguh. itu saja"

itulah petikan statusku di FB beberapa hari yang lalu, yah mungkin terdengar menjudge seseorang, padahal tidak. itu adalah ungkapan perasaanku melihat beberapa hal yang terjadi dan menjadi hal yang dianggap biasa di kampusku, atau mungkin di masyarakat umumnya telah berlaku seperti itu? entahlah, yang pasti aku tidak suka dengan sistem sperti itu. sistem apa? baiklah akan aku rincikan sistem apakah itu.

mungkin aku termasuk orang yang tidak suka "menganggap Wah" setiap sesuatu (ini hanya berlaku untuk makhluk ya) sebab bagiku setiap orang itu memilki kelebihan masing-masing yang berbeda dari yang lainnya, jadi untuk apa membedakan kalau yang ini Wah dan keren sedangkan yang lainnya cemen, tidak berkualitas dan lain-lain.

sepertinya tulisan ini makin membingungkan, maaf sebelumnya mungkin karena aku menulis dalam keadaan yang penuh luapan emosi yang bercampur aduk -he-. perasaan ini mulai aku rasakan ketika aku berdiskusi dengan dua orang kakak kelasku di sebuah stand Penyambutan mahasiswa baru. 2 kakak kelasku ini memang termasuk orang yang kocak namun pemikiran mereka sangat mendalam -kritis-. awalnya percakapan dimulai dengan gaya bercanda "Ala kami" anak madura apabila bertemu satu sama lain. namun gelak tawa dan bercandaan kami terhenti ketika 2 kakak kelasku ini melihat sesuatu yang aku pakai -something-. melihat something mereka langsung saja mem-bullyku. aku yang telah biasa dengan tingkah kocak dan aneh mereka tidak terlalu menghiraukan bercandaan mereka. namun, di tengah bercandaan mereka ada kalimat mereka yang menurutku menarik dan sesuai dengan apa yang ku rasakan selama ini.