Hari ini aku sendiri di kamar kosku, ini
biasanya terjadi setiap hari kamis. Sebab adikku dan Naila sudah berangkat
kuliah jam 7 tadi pagi, sedangkan aku tidak ada jadwal kuliah apapun hari ini.
ketika bangun tidur, tiba-tiba perutku lapar sekali. Kemudian aku putuskan
untuk memasak sendiri, tidak membeli di warteg atau warsun -he-. Setelah selesai
mandi dan shalat dhuha, mulailah aku bereksperimen di dapur. Sejak aku
dikelilingi oleh orang gizi dan biokimia, aku mulai menyadari pentingnya
makanan bergizi seimbang. Jadi masakanku hari ini harus bergizi seimbang, ada karbohidrat,
protein, serat dan tentunya bervitamin. Dan hasil masakanku hari ini adalah
nasi + sayur sop + bakwan jagung + ikan teri asam manis -maknyusss-.
Setelah
semua siap, aku bawa semua masakan itu ke kamar dan mulai makan dengan lahap
makanan yang serba masih panas tersebut. Enak sekali rasanya... tapi, tiba-tiba
jantungku berdetak lebih kencang dan air mataku tiba-tiba keluar. Aku menangis,
ya... aku benar-benar menangis. Aku menangis karena aku tiba-tiba rindu pada
nenekku. Saat makan tadi, tiba-tiba aku rindu saat aku makan masakan beliau. Sejak
kecil aku memang tinggal bersama kakek dan nenekku, aku tumbuh besar bersama
mereka. Nenekku adalah orang paling ikhlas dan sabar yang pernah aku temui
seumur hidupku. Aku selalu ingat ketika dulu saat aku masih SD, setiap aku dan
adikku pulang sekolah, nenekku selalu setia menunggu kami dan segera menyiapkan
makan siang untuk kami. Bahkan ketika beliau tertidur lelap pun, beliau akan
segera bangun ketika kami pulang sekolah untuk menyiapkan makanan. Kami berdua
pun makan dengan lahapnya, dan beliau akan dengan setia duduk di hadapan kami
sampai kami selesai makan.
Kenangan
seperti itulah yang membuatku menangis tadi saat aku sedang makan. Sungguh keadaannya
sangat berbeda, dulu aku makan masakan nenekku yang sangat enak bersama adikku
dan didampingi nenekku sampai selesai makan. Tapi sekarang, aku makan masakanku
sendiri yang kemudian aku makan sendiri.
Kejadian yang aku alami
tadi mirip dengan kejadian di film kartun yang menceritakan tentang tikus yang
sangat ahli memasak, tikus ini juga bisa bicara. Si tikus ini kemudian membantu
seorang koki muda memasak masakan yang akan dinilai oleh koki senior yang sudah
sangat ahli. Lalu si tikus inilah yang kemudian memasak dengan cara berdiri
didalam topi koki dan mengendalikan gerakan koki dengan menarik rambut sang
koki. Singkat cerita, akhirnya jadilah masakan itu yang kemudian disajikan di
hadapan koki senior tadi. Si koki muda sangat gugup. Ketika koki senior
mencicipi masakan itu, tiba-tiba si koki senior meneteskan air mata. Ada apa
gerangan? Si koki muda semakin gugup dan takut. Ternyata si koki senior
menangis karena masakan yang dimasak oleh tikus dan koki muda mampu membawanya
ke masa kecilnya dulu. Rasa masakan tadi sangat mirip dengan masakan yang dimasak
ibunya ketika ia masih kanak-kanak. Dia sangat bahagia karena masakan itu mampu
memutar kembali memori masa kecilnya. Perasaan bahagia yang sangat membuncah
membuatnya tak bisa menahan air mata haru.
Sama seperti kejadian di
kartun tersebut, saat aku makan tadi tiba-tiba aku terbawa pada masa saat aku
masih SD, dan air matapun tak dapat dibendung. Setelah menyelesaikan makan, aku
tak dapat langsung mencuci tangan karena aku masih tetap menangis. Setelah beberapa
lama kemudian, barulah aku keluar kamar dan mencuci tangan. Kemudian aku
putuskan untuk menelpon nenek dan ibuku. Setelah mendengar suara mereka,
menjadi tentramlah hati ini. memang benar kata seorang teman “bertemu atau berkomunikasi dengan orang tua
merupakan salah satu cara ampuh untuk memulihkan diri”.
nice moment...
BalasHapus