Mendapatkan kabar bahwa acara
jalan-jalan kami batal oleh orang yang merencanakan jalan-jalan ini sebelumnya,
membuat aku, Dita dan Ulfi tidak terima. Setelah datang menjenguk adik-adik SMA
dan “guru tersayang” mereka, Dita dan Ulfi mengatakan bahwa Arya tidak mau ikut
jalan-jalan, dia bilang males. Tentu saja aku tidak terima dengan pernyataan
dan alasannya, sebab aku telah membatalkan beberapa agenda demi jalan-jalan
ini. Lah... bagaimana bisa dibatalkan hanya demi alasan males? -alasan
ditolak-. Karena Ulfi dan Dita sudah angkat tangan terhadap Arya, akhirnya aku
yang harus turun tangan mengatasi anak yang satu ini. Setelah mengirimkan
beberapa sms, Arya pun meg-ia-kan, dan jalan-jalan pun jadi -yeeeiii-
Sebenarnya aku merasa tidak enak hati karena
terkesan memaksa, tapi yang sebenarnya mengajak kami ke tempat ini adalah si
Arya. Tapi menjelang H-1 keberangkatan, eh dia malah membatalkan rencana ini.
ya udahlah...yang penting kami akhirnya pergi juga ke tempat ini. tempat yang
kami kunjungi adalah “curug seribu” curug artinya air terjun, seribu karena batunya
banyak -ribuan-. Kata Arya, kami ke curug seribu bertujuan untuk melatih fisik
agar nanti jika kami naik gunung, tidak kaget.
Letak
curug seribu tidak terlalu jauh dari kampus kami, curug ini terletak di kaki
Gunung Salak. Jadi kami memutuskan pergi ke sana menggunakan motor dengan helm
yang sama -haha-. Di tengah jalan, kami sempat tersesat karena sang penunjuk
jalan (Arya) tiba-tiba hilang. Sambil menunggu bertemu dengannya, kami makan
soto mie dulu karena laper banget. Oya, soto mie-nya enak bangeeet, kayaknya
soto mie terenak yang pernah aku makan di Bogor -uenak tenaan-. Sepanjang
perjalanan, si Arya jelas-jelas terlihat sangat terpaksa pergi bersama kami.
Tapi kami berusaha bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, biar dia tidak
semakin menjadi-jadi.
Untuk
masuk ke daerah curug seribu ini, kami harus melewati jalan yang penuh dengan
batu. Alhasil, motor kami meliuk-liuk tak karuan dan benar-benar seram. Setelah
memarkir motor, kami harus melanjutkan dengan berjalan kaki. Ternyata kami
harus masuk hutan. Medannya naik, turn, naik lagi dan turun lagi, sehingga
harus benar-benar hati-hati. Sepanjang perjalanan menuju curug tersebut, Dita,
Ulfi dan Aku selalu bercanda dan tertawa untuk menghilangkan rasa lelah. Namun,
si Arya masih didominasi sikap diam, dia hanya berbicara ketika mengingatkan
kami agar hati-hati.
Awalnya
aku kira, lokasi curug cukup dekat. Ternyata lumayan jauh, setiap kali kami
bertanya kepada Arya tempatnya jauh apa tidak, dia akan selalu bilang masih
jauh #huft. Dia bilang, “jika kita sudah
sampai di curug yang kecil, berarti separuh perjalanan lagi ke curug yang besar”.
Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya sampailah kami di sebuah air terjun
yang menurutku lumayan besar. Namun ternyata, itu adalah curug yang kecil.
Padahal aku sudah merasa berjalan sangat jauh, berarti masih setengah
perjalanan lagi.
Melihat
air terjun yang besar ini hatiku berdecak kagum. Ini adalah kali pertama aku
melihat air terjun dan sebesar ini. airnya jatuh dari tempat yang sangat tinggi
dengan volume air yang besar, sehingga menimbulkan suara gemuruh yang
menyejukkan. Allahuakbar... maha besar engkau ya Allah yang telah menciptakan
air terjun seindah ini. Aku merasakan kedamaian dalam hati karena tempat ini
masih sangat sepi, hanya ada rombonganku dan satu rombongan yang lain. Suara
air terjun yang bergemuruh yang kemudian mengalir melewati batu-batu
menimbulkan suara gemercik yang sangat menyejukkan dan menenangkan hati. Aku
memutuskan untuk turun namun tak terlalu jauh karena berbahaya. Semua kelelahan
baik fisik maupun hati sebelumnya menjadi terbayar ketika sampai di tempat ini.
Sungguh...tempat ini benar-benar indah.
Setelah
cukup menikmati keindahan air terjun tersebut, kami memutuskan untuk kembali.
Berbeda dengan proses menuju air terjun tadi, dimana kami selalu bercanda dan
tertawa sepanjang perjalanan, sekarang kami bertiga lebih banyak diam. Rasanya
semua bercandaan menjadi tidak lucu karena kami sangat kelelahan. Tak disangka
dan tak diduga, Arya justru lebih ceria sekarang. Dengan muka heran, kami
bertanya kenapa dia terlihat begitu bahagia. Tanpa rasa bersalah dia bilang “haha...aku bahagia jika kalian menderita”.
Benar-benar orang aneh, tapi dalam hati, kami bersyukur karena orang ini
menjadi ceria kembali seperti sedia kala.
Di
tengah perjalanan, kami kehabisan air minum karena hanya Arya yang membawa
bekal air minum. Kami pun mengisi air minum dengan air dari air terjun yang
kecil tadi. Awalnya kami was-was, tapi setelah kami coba minum. Subhanallah...
nyesss... airnya sejuk bangeeet dan lebih enak dari air mineral terkenal
seperti Aq**. Setelah minum sepuasnya dan mengisi botol minum, kami meneruskan
perjalanan. Kaki ini terasa benar-benar sakit. Setelah sampai di rumah
penduduk, kami memutuskan untuk makan mie rebus rasa soto dan kari. Obrolan
hangat pun mengalir ditemani dengan mie reebus hangat, kerupuk dan bebrapa
biskuit. Setelah semua kenyang, kami shalat dzuhur dulu di warung tempat kami
makan. Setelah itu, kami pulang dengan rasa puas dan hati yang sangat bahagia,
serta tentunya rasa syukur yang semakin tinggi terhadap ciptaan Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar