Subscribe:

Minggu, 01 Desember 2013

Travelling (Bagian 2)

Mendapatkan kabar bahwa acara jalan-jalan kami batal oleh orang yang merencanakan jalan-jalan ini sebelumnya, membuat aku, Dita dan Ulfi tidak terima. Setelah datang menjenguk adik-adik SMA dan “guru tersayang” mereka, Dita dan Ulfi mengatakan bahwa Arya tidak mau ikut jalan-jalan, dia bilang males. Tentu saja aku tidak terima dengan pernyataan dan alasannya, sebab aku telah membatalkan beberapa agenda demi jalan-jalan ini. Lah... bagaimana bisa dibatalkan hanya demi alasan males? -alasan ditolak-. Karena Ulfi dan Dita sudah angkat tangan terhadap Arya, akhirnya aku yang harus turun tangan mengatasi anak yang satu ini. Setelah mengirimkan beberapa sms, Arya pun meg-ia-kan, dan jalan-jalan pun jadi -yeeeiii-
             Sebenarnya aku merasa tidak enak hati karena terkesan memaksa, tapi yang sebenarnya mengajak kami ke tempat ini adalah si Arya. Tapi menjelang H-1 keberangkatan, eh dia malah membatalkan rencana ini. ya udahlah...yang penting kami akhirnya pergi juga ke tempat ini. tempat yang kami kunjungi adalah “curug seribu” curug artinya air terjun, seribu karena batunya banyak -ribuan-. Kata Arya, kami ke curug seribu bertujuan untuk melatih fisik agar nanti jika kami naik gunung, tidak kaget.
            Letak curug seribu tidak terlalu jauh dari kampus kami, curug ini terletak di kaki Gunung Salak. Jadi kami memutuskan pergi ke sana menggunakan motor dengan helm yang sama -haha-. Di tengah jalan, kami sempat tersesat karena sang penunjuk jalan (Arya) tiba-tiba hilang. Sambil menunggu bertemu dengannya, kami makan soto mie dulu karena laper banget. Oya, soto mie-nya enak bangeeet, kayaknya soto mie terenak yang pernah aku makan di Bogor -uenak tenaan-. Sepanjang perjalanan, si Arya jelas-jelas terlihat sangat terpaksa pergi bersama kami. Tapi kami berusaha bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, biar dia tidak semakin menjadi-jadi.
            Untuk masuk ke daerah curug seribu ini, kami harus melewati jalan yang penuh dengan batu. Alhasil, motor kami meliuk-liuk tak karuan dan benar-benar seram. Setelah memarkir motor, kami harus melanjutkan dengan berjalan kaki. Ternyata kami harus masuk hutan. Medannya naik, turn, naik lagi dan turun lagi, sehingga harus benar-benar hati-hati. Sepanjang perjalanan menuju curug tersebut, Dita, Ulfi dan Aku selalu bercanda dan tertawa untuk menghilangkan rasa lelah. Namun, si Arya masih didominasi sikap diam, dia hanya berbicara ketika mengingatkan kami agar hati-hati.
            Awalnya aku kira, lokasi curug cukup dekat. Ternyata lumayan jauh, setiap kali kami bertanya kepada Arya tempatnya jauh apa tidak, dia akan selalu bilang masih jauh #huft. Dia bilang, “jika kita sudah sampai di curug yang kecil, berarti separuh perjalanan lagi ke curug yang besar”. Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya sampailah kami di sebuah air terjun yang menurutku lumayan besar. Namun ternyata, itu adalah curug yang kecil. Padahal aku sudah merasa berjalan sangat jauh, berarti masih setengah perjalanan lagi. 
                Sebenarnya melihat air terjun yang kecil saja hatiku sudah sangat bahagia, tapi kata Arya ada yang lebih besar lagi. Meskipun kakiku sudah sakit, aku paksakan untuk melanjutkan perjalanan. Tak seberapa jauh dari tempat air terjun yang kecil tadi, kami mendengar suara air yang deras. Tapi ini kan masih belum setengah perjalanan, apa ia Arya membohongi kami. Ternyata, dia memang membohongi kami. Air terjun yang besar itu dekat -alhamdulillah-           
            Melihat air terjun yang besar ini hatiku berdecak kagum. Ini adalah kali pertama aku melihat air terjun dan sebesar ini. airnya jatuh dari tempat yang sangat tinggi dengan volume air yang besar, sehingga menimbulkan suara gemuruh yang menyejukkan. Allahuakbar... maha besar engkau ya Allah yang telah menciptakan air terjun seindah ini. Aku merasakan kedamaian dalam hati karena tempat ini masih sangat sepi, hanya ada rombonganku dan satu rombongan yang lain. Suara air terjun yang bergemuruh yang kemudian mengalir melewati batu-batu menimbulkan suara gemercik yang sangat menyejukkan dan menenangkan hati. Aku memutuskan untuk turun namun tak terlalu jauh karena berbahaya. Semua kelelahan baik fisik maupun hati sebelumnya menjadi terbayar ketika sampai di tempat ini. Sungguh...tempat ini benar-benar indah.
            Setelah cukup menikmati keindahan air terjun tersebut, kami memutuskan untuk kembali. Berbeda dengan proses menuju air terjun tadi, dimana kami selalu bercanda dan tertawa sepanjang perjalanan, sekarang kami bertiga lebih banyak diam. Rasanya semua bercandaan menjadi tidak lucu karena kami sangat kelelahan. Tak disangka dan tak diduga, Arya justru lebih ceria sekarang. Dengan muka heran, kami bertanya kenapa dia terlihat begitu bahagia. Tanpa rasa bersalah dia bilang “haha...aku bahagia jika kalian menderita”. Benar-benar orang aneh, tapi dalam hati, kami bersyukur karena orang ini menjadi ceria kembali seperti sedia kala.
            Di tengah perjalanan, kami kehabisan air minum karena hanya Arya yang membawa bekal air minum. Kami pun mengisi air minum dengan air dari air terjun yang kecil tadi. Awalnya kami was-was, tapi setelah kami coba minum. Subhanallah... nyesss... airnya sejuk bangeeet dan lebih enak dari air mineral terkenal seperti Aq**. Setelah minum sepuasnya dan mengisi botol minum, kami meneruskan perjalanan. Kaki ini terasa benar-benar sakit. Setelah sampai di rumah penduduk, kami memutuskan untuk makan mie rebus rasa soto dan kari. Obrolan hangat pun mengalir ditemani dengan mie reebus hangat, kerupuk dan bebrapa biskuit. Setelah semua kenyang, kami shalat dzuhur dulu di warung tempat kami makan. Setelah itu, kami pulang dengan rasa puas dan hati yang sangat bahagia, serta tentunya rasa syukur yang semakin tinggi terhadap ciptaan Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar