"Menurutku Ga ada bedanya punya pacar atau tidak, karena pacaran
itu adalah salah satu bentu main-main. Kalau mereka memang serius, mereka ga
mungkin melakukan perbuatan yang namanya pacaran. Jadi, seseorang yang sudah punya
pacar di sana lalu mau pacaran lagi di sini, itu sama saja. Sama-sama bentuk main-main
karena dalam pacaran itu tidak ada ikatan apapun yang sah.”
Kata-kata dari adek kelasku ini
masih terus terngiang-ngiang dalam pikiranku sampai saat ini. Mutlak benar,
pacaran memang salah satu bentuk perbuatan main-main dimana dalam prosesnya
banyak dikendalikan oleh syaitan yang terkutuk. Mereka memang selalu akan
menggoda manusia untuk melakukan perbuatan yang dilarang agama.
“aku heran deh kalo orang pacaran itu
dinasehati, mereka mesti bilang kami ga ngelakuin apa-apalah, kami pacaran
serisulah, bahkan parahnya lagi malah bilang pacaran islami. mana ada
pacaran yang serius? Kalau memang serius, ya sudah menikah saja. Belum siap? Ya
sudah ga usah pacaran. Bukannya di al-qur’an dan Hadist sudah jelas dinyatakan
jauhilah zina dan segala penyebabnya. Kalau belum siap menikah, puasa saja.
Pacaran ga ngapa-ngapain atau pacaran islami? Geram sekali mendengar orang menyandingkan
kata islam dengan perbuatan yang tidak islami. Kalau istilah pacaran islami ini
dibiarkan, maka akan muncul istilah-istilah dosa lainnya yang disandingkan
dengan nama islam, seperti mabuk islami, judi islami, bahkan zina islami. Kamu
mau seperti itu?”
Itu adalah nasehat yang diberikan oleh seseorang untuk seseorang. Jika aku menjadi orang yang
dinasehati seperti itu, aku tentu akan sangat merasa malu, malu
pada orang tersebut, malu pada teman-teman, dan pastinya malu pada Allah. Kenapa
begitu susahnya meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah, pada itu semua
untuk kebaikan kita sendiri. Berapa banyak nikmat yang telah Allah berikan
kepada kita, bahkan banyak hal yang telah Allah berikan kepada kita tanpa kita
pinta dari-Nya. Kita mungkin tidak pernah meminta kepada Allah untuk dilahirkan
dari keluarga yang baik. Tapi, Allah memberikannya bukan?. Lalu, Kita mungkin
tidak pernah meminta untuk dijadikan anak yang soleh tau solehah, tapi Allah
memberikan-Nya bukan? Masih banyak lagi nikmat yang Allah berikan tanpa kita
pinta. Tapi, kenapa tak bisa meninggalkan perbuatan yang dilarang-Nya?
Ada yang mencoba mencari
pembenaran dari pacaran dengan mengatakan bahwa benar-benar tidak bisa
meninggalkan pacaran karena dengan berpacaran akan semakin
termotivasi untuk belajar. Aku juga sempat heran pada kasus yang satu ini.
Sebenarnya, rasa suka atau cinta itu mah sudah fitrah dan pasti ada pada setiap
diri manusia. bergantung bagaimana seseorang me-manage rasa itu dan bagaimana seseorang mengendalikan hawa
nafsunya. Termotivasi? Kenapa begitu gampang mengatakan sang pacar yang masih
belum pasti akan menjadi pasangan hidupnya sebagai sumber motivasi? Kenapa
bukan orang tua? Kemana orang tua yang selama ini berjasa padanya, merawat
dirinya dari kecil, serta yang selalu mendoakan dirinya dalam tiap sujud mereka?
Memang nafsu dapat menutupi kebaikan yang terang sudah nyata.
Kenapa ga boleh pacaran? Plis donk…
siapapun udah tau kali alasannya kenapa. Kamu sudah tau kan kalu pacaran itu
dosa? “ia tau…tapi kalu
udah sayang susah dil….”. udah tau dosa, masih aja dikerjain, ustadku
pernah mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan perbuatan dosa, sedangkan
ia tau bahwa yang dikerjakannya itu dosa, maka dosanya menjadi 2 kali lipat
-hayo loh…-. Udah terlanjur sayang? Itu akal-akalan syaitan saja kawan, mereka
tidak mau kalian menjauhi perbuatan dosa. Kita masih muda, Kita masih akan
bertemu dengan banyak orang, pergi ke banyak tempat, dan merasakan banyak
suasana, bisa saja nantinya rasa sayang yang kita anggap hanya untuk orang itu,
ternyata berpindah kepada orang lain di tempat yang berbeda dan suasana yang
berbeda. Bukankah hati mudah berbolak balik? Bagaimana jika orang yang terlanjur
kau sayangi dan telah kau jadikan kekasih itu nantinya tidak kau sayangi lagi
karena hatimu berpindah pada yang lain? Lalu, rasa sayangmu yang baru ini lebih
besar dari pada rasa sayangmu pada orang sebelumnya? Bagaimana? Memutuskan
hubungankah? Lalu bagaimana jika di sisi lain kekasihmu masih amat sangat
menyayangimu. Apakah kau memikirkan perasaannya ketika kau tinggalkan ia demi
yang lain? Bukankah itu mendzolimi? Bukankah itu perbuatan dosa lagi?
Apapun alasannya, apapun
pembenarannya, bagaimanapun caranya, pacaran adalah salah satu bentuk
main-main, perbuatan dosa yang dilarang agama, tak ada keseriusan, tak ada
komitmen yang jelas, apalagi unsur islami. Ya Allah jauhkanlah aku, keluargaku,
dan teman-temanku dari perbuatan dosa yang engkau larang. Amin…
*lelaki sejati
tidak akan pernah memetik bunga yang belum mekar pada waktunya :)
ekhem,
BalasHapuscontoh-contoh pelakunya lumayan frontal tapi Ajiiiiib nya.
hahahaha ^^d
emang sengaja sist,
BalasHapuskita udah mahasiswa kalee... udah pada ngerti
ga jaman main halus2an untuk hal yang penting
hehehe..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswah tepat sasaran reh mbk,
BalasHapustapi kurang setuju sama komen terakhir "g jaman main halus-halusan untuk hal yang penting"
Aku pernah baca kalo Rasullah itu dalam berdakwah beliau melayani dan bukan menggurui... :)
#setuju banget sama note terakhir
oke deh,,maksih koreksinya :)
Hapusmaaf kemaren lagi panas pas nulisnya hehehe :D
"sampaikan dengan perkataan yang baik"