Aku punya saudara kembar, yang
katanya orang sih mirip bangeeet –padahal aku ga merasatuh #haha-. Dari kecil,
orang tua dan saudara-saudaraku men-setting
agar kami benar-benar terlihat kembar. Bayangkan saja, kami akan selalu dibelikan
baju yang sama, sepatu yang sama, celana yang sama, bahkan sampai hal-hal kecil
seperti penghapus dan isi kotak pensil yang kecil lainnya akan beliau-beliau
belikan yang sama.
Apakah
kami senang? Senang atau tidak, yang pasti kami sangat bersyukur karena Allah
telah memberikan beliau-beliau ini (orang tua dan kakak-kaka saya) yang sangat
peduli terhadap kebutuhan kami (aku dan saudara kembarku). Meskipun,
kadang-kadang kami merasa sedikit risih jika harus memakai atribut yang sama.
Ga tau kenapa
ya, aku kadang merasa malu kalau baju kami sama. Padahal aku perhatikan anak
kembar yang lain terlihat sangat senang memakai baju dan peralatan yang sama
dengan kembaran mereka. Tapi aku tidak, why? Sebab jika orang-orang tau dan
sadar kami kembar, mereka akan memperhatikan kami dan nanya inilah,,,itu lah...
seakan-akan mereka menemukan sesuatu yang unikdan lucu. Aku merasa dianggap
seperti anak kecil...padahal aku tidak suka diperlalkukan seperti itu –plis
deh... aku kan udah dewasa #tsaah~~-
Saking
besarnya keinginanku untuk menikmati hidup sebagai bukan anak kembar, aku dan
adikku memutuskan untuk masuk di SMA yang berbeda. ceritanya, di Kabupaten
tempat tinggalku ada 2 SMA terkenal yang saling bersaing untuk menjadi yang
terfavorit, yakni SMAN 1 Pamekasan (Smansa) dan SMAN 3 Pamekasan (Smaga).
Singkat cerita
nih... adikku diterima di Smansa, sedangkan aku diterima di Smaga. persamaan smansa dan smaga adalah murid-murid kelas khususnya akan selalu bersama dari kelas 1 sampai
lulus SMA. Jadi, dapat dibayangkan bagaimana kedekatan kami antara satu dengan
yang lain. Sampai sekarang, aku dan teman-temanku tetap menjalin hubungan yang
sangat baik, begitu pula adikku. Kami selalu punya agenda rutin untuk bertemu
dan berdiskusi dan jalan-jalan bersama. Biasanya momen ini terjadi ketika kami
sedang libur kuliah.
Aku dan
kedekatanku dengan teman-temanku, adikku dan kedekatannya dengan
teman-temannya. Kelebihan menjadi kami adalah aku bisa menjadi dekat dengan
teman-teman adikku, begitu pula sebaliknya. Adikku bisa menjadi dekat dengan
teman-temanku. Kok bisa? Sebab, ketika aku datang kepada teman-teman adikku,
secara psikolologis, mereka akan menganggap bahwa aku adalah adikku yang telah
dekat dengan mereka. Begitu pula ketika adikku datang kepada teman-temanku, maka
teman-temanku akan menganggap adikku adalah aku. Nah, maka dari itu jika salah
satu temanku punya teman akrab sebanyak 1 kelas, di smansa saja atau di smaga
saja. Berbeda dengan aku dan adikku, kami punya teman akrab 2 kelas, di smansa
dan di smaga sekaligus. Ini menyenangkan bukan?
Ya,,, mungkin
ada sedikit perbedaan dari sikap aku dan adikku yang mereka tangkap. Tapi
secara umum aku merasa teman-teman adikku menerima kedatanganku dengan sangat
baik, dan teman-temanku menerima kedatangan adikku dengan sangat baik pula. Love
you friends...
aku selalu berdo'a ingin punya kaka...tapi aku diberikan adik lagi
BalasHapusalhamdulillah,,,jadi kakak yang baik ya :)
BalasHapus