Subscribe:

Jumat, 18 Oktober 2013

Enaknya Menjadi Kami


Aku punya saudara kembar, yang katanya orang sih mirip bangeeet –padahal aku ga merasatuh #haha-. Dari kecil, orang tua dan saudara-saudaraku men-setting agar kami benar-benar terlihat kembar. Bayangkan saja, kami akan selalu dibelikan baju yang sama, sepatu yang sama, celana yang sama, bahkan sampai hal-hal kecil seperti penghapus dan isi kotak pensil yang kecil lainnya akan beliau-beliau belikan yang sama.
            Apakah kami senang? Senang atau tidak, yang pasti kami sangat bersyukur karena Allah telah memberikan beliau-beliau ini (orang tua dan kakak-kaka saya) yang sangat peduli terhadap kebutuhan kami (aku dan saudara kembarku). Meskipun, kadang-kadang kami merasa sedikit risih jika harus memakai atribut yang sama.
Ga tau kenapa ya, aku kadang merasa malu kalau baju kami sama. Padahal aku perhatikan anak kembar yang lain terlihat sangat senang memakai baju dan peralatan yang sama dengan kembaran mereka. Tapi aku tidak, why? Sebab jika orang-orang tau dan sadar kami kembar, mereka akan memperhatikan kami dan nanya inilah,,,itu lah... seakan-akan mereka menemukan sesuatu yang unikdan lucu. Aku merasa dianggap seperti anak kecil...padahal aku tidak suka diperlalkukan seperti itu –plis deh... aku kan udah dewasa #tsaah~~-
            Saking besarnya keinginanku untuk menikmati hidup sebagai bukan anak kembar, aku dan adikku memutuskan untuk masuk di SMA yang berbeda. ceritanya, di Kabupaten tempat tinggalku ada 2 SMA terkenal yang saling bersaing untuk menjadi yang terfavorit, yakni SMAN 1 Pamekasan (Smansa) dan SMAN 3 Pamekasan (Smaga).

Singkat cerita nih... adikku diterima di Smansa, sedangkan aku diterima di Smaga. persamaan smansa dan smaga adalah murid-murid kelas khususnya akan selalu bersama dari kelas 1 sampai lulus SMA. Jadi, dapat dibayangkan bagaimana kedekatan kami antara satu dengan yang lain. Sampai sekarang, aku dan teman-temanku tetap menjalin hubungan yang sangat baik, begitu pula adikku. Kami selalu punya agenda rutin untuk bertemu dan berdiskusi dan jalan-jalan bersama. Biasanya momen ini terjadi ketika kami sedang libur kuliah.
Aku dan kedekatanku dengan teman-temanku, adikku dan kedekatannya dengan teman-temannya. Kelebihan menjadi kami adalah aku bisa menjadi dekat dengan teman-teman adikku, begitu pula sebaliknya. Adikku bisa menjadi dekat dengan teman-temanku. Kok bisa? Sebab, ketika aku datang kepada teman-teman adikku, secara psikolologis, mereka akan menganggap bahwa aku adalah adikku yang telah dekat dengan mereka. Begitu pula ketika adikku datang kepada teman-temanku, maka teman-temanku akan menganggap adikku adalah aku. Nah, maka dari itu jika salah satu temanku punya teman akrab sebanyak 1 kelas, di smansa saja atau di smaga saja. Berbeda dengan aku dan adikku, kami punya teman akrab 2 kelas, di smansa dan di smaga sekaligus. Ini menyenangkan bukan?

Ya,,, mungkin ada sedikit perbedaan dari sikap aku dan adikku yang mereka tangkap. Tapi secara umum aku merasa teman-teman adikku menerima kedatanganku dengan sangat baik, dan teman-temanku menerima kedatangan adikku dengan sangat baik pula. Love you friends...

2 komentar:

  1. aku selalu berdo'a ingin punya kaka...tapi aku diberikan adik lagi

    BalasHapus
  2. alhamdulillah,,,jadi kakak yang baik ya :)

    BalasHapus